SEJARAH
SINGKAT KABUPATEN JOMBANG
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Menurut
sejarah lama, konon dalam cerita rakyat mengatakan bahwa salah satu desa
yaitu desa Tunggorono, merupakan gapura keraton Majapahit bagian Barat,
sedang letak gapura sebelah selatan di desa Ngrimbi, dimana sampai sekarang
masih berdiri candinya. Cerita rakyat ini dikuatkan dengan banyaknya
nama-nama desa dengan awalan "Mojo" (Mojoagung, Mojotrisno,
Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu dan masih banyak lagi).
Salah
Satu Peninggalan Sejarah di Kabupaten JombangCandi Ngrimbi, Pulosari Bareng
Bahkan di dalam lambang daerah Jombang sendiri dilukiskan sebuah gerbang,
yang dimaksudkan sebagai gerbang Mojopahit dimana Jombang termasuk
wewenangnya Suatu catatan yang pernah diungkapkan dalam majalah Intisari
bulan Mei 1975 halaman 72, dituliskan laporan Bupati Mojokerto Raden Adipati
Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tanggal 25 Januari 1898 tentang
keadaan Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling Jombang) pada tahun
1880.
Sehingga
kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya bukan dimulai sejak berdirinya
(tersendiri) Kabupaten jombang kira-kira 1910, melainkan sebelum tahun 1880
dimana Trowulan pada saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang,
walaupun saat itu masih terjalin menjadi satu Kabupaten dengan Mojokerto.
Fakta yang lebih menguatkan bahwa sistem pemerintahan Kabupaten Jombang telah
terkelola dengan baik adalah saat itu telah ditempatkan seorang Asisten
Resident dari Pemerintahan Belanda yang kemungkinan wilayah Kabupaten
Mojokerto dan Jombang Lebih-lebih bila ditinjau dari berdirinya Gereja
Kristen Mojowarno sekitar tahun 1893 yang bersamaan dengan berdirinya Masjid
Agung di Kota Jombang, juga tempat peribadatan Tridharma bagi pemeluk Agama
Kong hu Chu di kecamatan Gudo sekitar tahun 1700.
Konon
disebutkan dalam ceritera rakyat tentang hubungan Bupati Jombang dengan
Bupati Sedayu dalam soal ilmu yang berkaitang dengan pembuatan Masjid Agung
di Kota Jombang dan berbagai hal lain, semuanya merupakan petunjuk yang
mendasari eksistensi awal-awal suatu tata pemerintahan di Kabupaten Jombang
Jombang juga dikenal
dengan sebutan Kota Santri, karena banyaknya sekolah pendidikan
Islam (pondok pesantren) di wilayahnya.Bahkan ada pameo yang mengatakan Jombang
adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri
pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren
yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul Ulum
(Rejoso).
Banyak tokoh terkenal
Indonesia yang dilahirkan di Jombang, di antaranya adalah mantan Presiden
Indonesia yaitu KH Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional KH
Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, tokoh intelektual
Islam Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib, dan seniman Cucuk
Espe.
Konon, kata Jombang merupakan
akronim dari kata berbahasa Jawa yaitu ijo (Indonesia:
hijau) dan abang (Indonesia: merah). Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan
(nasionalis/kejawen). Kedua
kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang. Bahkan kedua
elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang
sejarah
Penemuan
fosil Homo mojokertensis di lembah Sungai
Brantas menunjukkan bahwa seputaran wilayah yang kini adalah Kabupaten
Jombang diduga telah dihuni sejak ratusan ribu tahun yang lalu.
Tahun 929,
Raja Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur, diduga karena letusan Gunung Merapi atau
serangan Kerajaan Sriwijaya. Beberapa literatur menyebutkan pusat kerajaan
yang baru ini terletak di Watugaluh. Suksesor Mpu Sindok adalah Sri Isyana
Tunggawijaya (947-985) dan Dharmawangsa (985-1006). Tahun 1006, sekutu
Sriwijaya menghancurkan ibukota kerajaan Mataram dan menewaskan Raja
Dharmawangsa. Airlangga, putera mahkota yang ketika itu masih muda, berhasil
meloloskan diri dari serbuan Sriwijaya, dan ia menghimpun
kekuatan untuk mendirikan kembali kerajaan yang telah runtuh. Bukti petilasan
sejarah Airlangga sewaktu menghimpun kekuatan kini dapat dijumpai
di Sendang Made, Kecamatan Kudu. Tahun 1019, Airlangga mendirikan
Kerajaan Kahuripan, yang kelak wilayahnya meliputi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Bali; serta mengadakan perdamaian dengan Sriwijaya.
Pada masa Kerajaan
Majapahit, wilayah yang kini Kabupaten Jombang merupakan gerbang Majapahit.
Gapura barat adalah DesaTunggorono, Kecamatan Jombang, sedang gapura selatan
adalah Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng. Hingga ini banyak dijumpai
nama-nama desa/kecamatan yang diawali dengan prefiks mojo-, di
antaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah, Mojongapit, dan
sebagainya. Salah satu peninggalan Majapahit di Jombang adalah Candi
Arimbi di Kecamatan Bareng.
Menyusul runtuhnya
Majapahit, agama Islam mulai berkembang di kawasan, yang
penyebarannya dari pesisir pantai utara Jawa Timur. Jombang kemudian menjadi
bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Seiring dengan melemahnya pengaruh Mataram,
Kolonialisasi Belandamenjadikan Jombang sebagai bagian dari wilayah VOC
pada akhir abad ke-17, yang kemudian sebagai bagian dari Hindia Belanda.
Etnis Tionghoa juga berkembang; Kelenteng Hong San Kiong di Gudo, yang konon
didirikan pada tahun 1700 masih berfungsi hingga kini. Hingga kini pun masih
ditemukan sejumlah kawasan yang mayoritasnya adalah etnis Tionghoa dan Arab.
Tahun 1811,
didirikan Kabupaten Mojokerto, di mana meliputi pula wilayah yang kini
adalah Kabupaten Jombang. Jombang merupakan salah satu residen di
dalam Kabupaten Mojokerto. BahkanTrowulan (di mana merupakan pusat Kerajaan
Majapahit), adalah masuk dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling)
Jombang.
Alfred Russel
Wallace (1823-1913), naturalis asal Inggris yang memformulasikan Teori
Evolusi dan terkenal akan Garis Wallace, pernah mengunjungi dan bermalam
di Jombang ketika mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.
Tahun 1910,
Jombang memperoleh status Kabupaten, yang memisahkan diri dari Kabupaten
Mojokerto, dengan Raden Adipati Arya Soeroadiningrat sebagai Bupati
Jombang pertama.
Masa pergerakan
nasional, wilayah Kabupaten Jombang memiliki peran penting dalam menentang
kolonialisme. Beberapa putera Jombang merupakan tokoh perintis kemerdekaan
Indonesia, seperti KH Hasyim Asy'ari (salah satu pendiri NU dan
pernah menjabat ketua Masyumi) dan KH Wachid Hasyim (salah satu
anggota BPUPKI termuda, serta Menteri Agama RI pertama).
Undang-undang Nomor
12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Timur.
Relief
Peta topografi
Kabupaten Jombang
Sebagian besar
wilayah Kabupaten Jombang merupakan dataran rendah, yakni 90% wilayahnya berada
pada ketinggian kurang dari 500 meter dpl. Secara umum Kabupaten Jombang dapat
dibagi menjadi 3 bagian:
§ Bagian utara,
terletak di sebelah utara Sungai Brantas, meliputi sebagian besar Kecamatan
Plandaan, Kecamatan Kabuh, dan sebagian Kecamatan Ngusikan dan Kecamatan Kudu.
Merupakan daerah perbukitan kapur yang landai dengan ketinggian maksimum 500 m
di atas permukaan laut. Perbukitan ini merupakan ujung timur Pegunungan
Kendeng.
§ Bagian tengah, yakni
di sebelah selatan Sungai Brantas, merupakan dataran rendah dengan tingkat
kemiringan hingga 15%. Daerah ini merupakan kawasan pertanian dengan jaringan
irigasi yang ekstensif serta kawasan permukiman penduduk yang padat.
§ Bagian selatan,
meliputi Kecamatan Wonosalam dan sebagian Kecamatan Bareng dan Mojowarno.
Merupakan daerah pegunungan dengan kondisi wilayah yang bergelombang. Semakin
ke tenggara, semakin tinggi. Hanya sebagian Kecamatan Wonosalam yang memiliki
ketinggian di atas 500 m.
Etnis dan bahasa
Penduduk Jombang pada
umumnya adalah etnis Jawa. Namun demikian, terdapat minoritas
etnis Tionghoa dan Arab yang cukup signifikan. Etnis
Tionghoa umumnya tinggal di perkotaan dan bergerak di sektor perdagangan dan
jasa.
Bahasa
Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari.
Bahasa Jawa yang dituturkan banyak memiliki pengaruh Dialek
Surabaya yang terkenal egaliter dan blak-blakan. Kabupaten Jombang juga
merupakan daerah perbatasan dua dialek Bahasa Jawa, antara Dialek Surabaya dan
Dialek Mataraman. Beberapa kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk dan
Kediri memilki pengaruh Dialek Mataraman yang banyak memiliki kesamaan dengan
Bahasa Jawa Tengahan. Salah satu ciri khas yang membedakan Dialek Surabaya
dengan Dialek Mataram adalah penggunaan kata arek (sebagai
pengganti kata bocah) dan kata cak (sebagai
pengganti kata mas)
pariwisata
Kabupaten Jombang
memiliki berbagai keindahan alam dan potensi pariwisata lain yang menarik.
Sangat disayangkan, potensi tersebut pada umumnya belum digali, dan tidak
memiliki pendukung sarana dan prasarana yang memadai untuk memajukan pariwisata
di Kabupaten Jombang,
sehingga
menunggu adanya investasi untuk menggarapnya. Hal ini sangat penting dan
menguntungkan, mengingat posisi Kabupaten Jombang yang bersebelahan dengan
daerah tujuan wisata alam Malang di tenggara dan
Pacet-Trawas-Tretes di timur; serta wisata historis (situs Majapahit) Trowulan.
Di Jombang memiliki beberapa tempat pariwisata yang menarik, yaitu Pemandian
Sumberboto di Mojowarno, Candi Arimbi di Bareng, Sendang Made di Megaluh,
Perkebunan teh, cengkeh serta durian di Wonosalam serta air terjun Tretes di
Wonosalam. Selain itu juga terdapat wisata religi yaitu makam Gus
Dur (KH. Abdurrahman
Wahid), KH. Wahid Hasyim dan KH. Hasyim Asyari di Tebuireng, Diwek, serta
bangunan gereja tertua di Jawa Timur yaitu GKJW Mojowarno. Selain itu terdapat
wisata buatan, salah satunya yaitu Tirta Wisata yang terletak di wilayah
Peterongan
Arti Logo![]()
Berbentuk
perisai, didalamnya berisi gambar : padi dan kapas, gerbang Mojopahit dan
benteng, Balai Agung (Pendopo Kabupaten Jombang), menara dan bintang sudut lima
diatasnya berdiri pada beton lima tingkat, gunung, dua sungai satu panjang satu
pendek.
Perisai
Mengandung arti
alat untuk melindungi diri dari bahaya.
Padi dan Kapas berarti kemakmuran, sebagai harapan
masyarakat jombang, khususnya bangsa Indonesia umumnya.Gerbang Mojopahit berarti jaman dahulunya Jombang wilayah kerajaan Mojopahit wewengkon krajan sebelah barat. Benteng
berarti
jaman dulunya Jombang merupakan benteng Mojopahit sebelah barat, hal ini
menyebabkan masyarakat bermental kuat, dinamis dan kritis.
Balai
Agungberarti para pejabat daerah dalam membimbing masyarakat bersifat mengayomi seperti tugas balai yang tetap berdiri tegak dan kukuh, guna memelihara persatuan/kesatuan rakyat di dalam daerahnya. Tangga Beton Lima Tingkat berarti terus tetap berpegang teguh pada landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, demi persatuan kesatuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Warna Putih berarti dalam menjalankan tugas tetap berpegang pada kesucian, sepi ing pamrih rame ing gawe.
Bintang Sudut Lima dan Menara
berarti Ketuhanan Yang Maha Esa. Jombang terkenal di
segala penjuru tanah air sebagai tempat yang banyak Pondok Pesantren.
Pondok-pondok tersebut adalah Tebuireng, Rejoso, Denanyar, Tambak Beras dan
sebagainya.Gunung
berarti
Jombang selain terdiri dari daerah rendah, sebagian terdiri dari tanah
pegunungan. Warna Hijau berarti banyak membawa kemakmuran.
Dua
sungaiberarti Kesuburan Jombang dialiri oleh 2 (dua) sungai yaitu Sungai Brantas dan Sungai Konto yang banyak membawa kemakmuran bagi daerah Jombang. Warna Hijau dan Merah tua Warna dari perisai berarti perpaduan 2 warna Jo dan Bang (Ijo dan Abang) sama dengan Jombang. Hijau
Kesuburan,
ketenangan, kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Merah
Keberanian,
dinamis dan kritis. Biru Langit Cerah, juga berarti kecerahan wajah rakyat yang
optimis.
Coklat
Warna
Tanah Asli, segala sesuatu menampakkan keasliannya.
Kuning
Warna
keagungan dan kejayaan.
Putih
Kesucian.
|
Minggu, 09 Februari 2014
Sejarah Kabupaten Jombang
Langganan:
Postingan (Atom)