DAHSYATNYA PIKIRAN
POSITIF !!!!!!!
Berpikir positif adalah : berpikir, menduga, dan berharap hanya yang
baik tentang suatu keadaan atau tentang seseorang. Kita tidak akan berprasangka buruk
tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang buruk tentang
orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain. Kita pun tak
akan berprasangka buruk bahkan terhadap diri kita sendiri. Kita akan selalu
merasa sehat, kita akan selalu yakin bahwa kita akan sukses, kita yakin kita
akan disukai banyak orang.
Akibatnya, kita pun benar-benar akan
selalu sehat, kesuksesan akan kita raih sebagai sebuah keniscayaan, dan banyak
orang akan berkerumun di sekeliling kita karena mereka sangat menyukai pribadi kita.
Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita setiap saat terlatih menggunakan
pola pikir sedahsyat itu!
BIASAKAN DIRI BERPIKIRAN POSITIF DAN LIHATLAH
APA YANG TERJADI
PERIKSALAH PIKIRAN KITA
Hidup kita ditentukan oleh pikiran ~ Marcus Aurelius
Sel-sel di dalam tubuh akan menerjemahkan apa yang ada dalam pikiran
bawah sadar kita ke dalam sebuah gerakan atau suatu mekanisme. Misalnya ketika pikiran bawah sadar
sedang bersedih, maka sel-sel tubuh membentuk suatu mekanisme otomatis sehingga
munculah reaksi fisik pada tubuh misalnya menangis.
Sel-sel tubuh tidak bisa membedakan
apakah kita betul-betul bersedih atau tidak. Misalnya kita bisa menangis hanya
karena menonton sebuah film tragedi, padahal tragedi tersebut tidak menimpa kita.
Mekanisme otomatis di dalam tubuh kita
juga bisa terlihat saat kita mengalami gerakan refleks. Saat tangan kita
mengenai benda panas, maka secara otomatis tangan kita menjauh dari benda panas
tersebut. Hal ini terjadi karena pikiran sadar kita mengatakan bahwa tidak enak
dan bahaya jika menyentuh benda panas sehingga harus menjauhinya. Pikiran bawah
sadar menerima perintah tersebut, dan seluruh sel di dalam tubuh selalu
melakukan apa yang diperintahkannya.
Mekanisme otomatis ini akan terus
bekerja untuk berbagai hal lainnya tergantung apa yang sudah kita programkan
dalam pikiran bawah sadar kita melalui pikiran sadar kita. Sel-sel di dalam
tubuh kita membentuk suatu mekanisme berdasarkan panduan atau perintah dari
pikiran bawah sadar kita.
Pikiran kita harus terbiasa untuk
selalu positif, dan kita akan lebih mudah mencapai cita-cita. Bukan Cuma itu,
pikiran positif serta kepercayaan diri kita akan menarik orang lain bergabung
dengan kita. Mereka tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri menghadapi
semua masalah. Justru dengan senang hati akan menemani dan
membantu kita melewati semua kesulitan. Dan yang lebih penting, hidup kita akan
menjadi lebih menyenangkan.
Hidup
indah bukan berarti hidup penuh dengan kedamaian saja, tetapi hidup indah
adalah hidup yang dipenuhi dengan keberhasilan. Bukankah keberhasilan itu
sesuatu yang indah? Indah meliputi kedamaian dan keberhasilan, bukan kedamaian
tetapi tanpa daya, sebab kedamaian tanpa daya bukanlah suatu keindahan.
Kita
bisa memilih pikiran-pikiran positif saja di dalam kepala kita. Setelah
memilih, kita harus memperkuat pikiran tersebut sehingga menjadi dominan. Jika
tidak, maka pikiran-pikiran negatif akan mudah masuk ke dalam kepala kita dan
akan mengendalikan hidup kita. Jika pikiran indah mendominasi pikiran,maka
hidup kita menjadi indah.
Sistem tubuh tidak memiliki kemampuan
membedakan mana perintah yang baik atau tidak sehingga sistem tubuh akan
menurut apa saja yang diperintahkan oleh pikiran itu.
Oleh karena yang kita perlukan adalah pikiran kita harus memilih terlebih
dahulu perintah yang akan diberikan kepada sistem tubuh kita.
Orang
yang berpikiran negatif akan mencari sesuatu, baik orang, lingkungan, atau
peristiwa sebagai pembenaran kesalahan atau tidak adanya tindakan yang diambil.
Coba renungkan, berapa kali kita mencari kambing hitam atas kekurangan atau
kegagalan yang kita lakukan? Renungkan dengan jujur, teliti dan tuliskan
sebagai bahan pembelajaran. Kejujuran dan kesadaran kita akan menentukan
keberhasilan kita selanjutnya. Mulai saat ini, berpikirlah secara positif.
HUKUM
BERPIKIR POSITIF
Pada saat keluar rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan
apakah hari itu akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita
menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat
tergantung pada cara kita berpikir
( Stanley R. Welty, Presiden Wooster Brush Company)
Jika kita bersikap ramah terhadap
seseorang, maka orang itu akan ramah kepada kita. Jika kita memperlakukan anak kita
sebagai anak yang cerdas, akhirnya ia betul-betul menjadi cerdas. Jika kita
yakin bahwa upaya kita akan berhasil, maka besar sekali kemungkinan upaya kita
dapat merupakan separuh keberhasilan. Nah, dampak pola berpikir positif itu
disebut Dampak Pygmalion.
Pikiran kita sering kali mempunyai dampak
ramalan tergenapi (fulfilling prophecy), baik positif maupun negatif.
Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul
dengannya, maka akhirnya ia betul-betul menjadi judes. Kalau kita mencurigai
dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak
jujur. Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu
usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.
Pola pikir Pygmalion adalah berpikir,
menduga, dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar
dampaknya bila kita menggunakan pola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan
berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus
yang buruk tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang
lain.
Kalau kita berpikir buruk tentang
orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada
seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik.
Tetapi jika kita berpikir buruk, kita akan menjadi curiga, “Barangkali ia
sedang mencoba membujuk”, atau kita mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang
murah”.
Yang
rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah
curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif,
maka kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu
murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada saya”.
Hidup akan menjadi baik kalau kita
memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baiklah tentang diri sendiri.
Berpikir baiklah tentang orang lain. Berpikir baiklah tentang keadaan. Berpikir
baiklah tentang Tuhan.
Dampak
berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan
menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan.
Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah.
Pikiran
kita bergetar dan memancarkan gelombang dengan suatu frekuensi. Besarnya
frekuensi tergantung pada bentuk dan ukuran objek yang bergetar. Oleh karena
itu frekuensi yang dikeluarkan oleh pikiran kita sesuai dengan apa yang
dipikirkan oleh pikiran kita. Semakin kuat kita memikirkan sesuatu, maka
semakin kuat getaran yang kita hasilkan. Getaran akan bergetar dengan frekuensi
yang sama tetapi akan bergetar dengan amplitudo yang berbeda.
Getaran bisa menyebabkan suatu
fenomena resonansi, yaitu menggetarkan objek lain yang memiliki suatu kesamaan.
Jika kita memikirkan sesuatu maka akan lahir getaran yang sesuai dengan apa
yang kita pikirkan, sehingga akan terjadi resonansi dengan berbagai objek yang
ada di alam yang memiliki suatu kesamaan (kemiripan) tertentu. Artinya, pikiran
kita akan mengarah ke objek yang kita pikirkan dan sebaliknya objek pun akan
mengarah ke diri kita, inilah yang disebut Hukum
Tarik Menarik.
Jadi bisa disimpulkan bahwa pikiran
kita bersifat magnetis dan memiliki frekuensi. Selama kita berpikir,
pikiran-pikiran itu akan dikirim ke alam dan akan menarik semua hal yang memiliki
kemiripan dengan pikiran kita. Inilah dasar dari konsep
pikiran positif, yaitu jika kita berpikir positif maka semua hal yang positif
akan menghampiri kita.
Alam
semesta dengan segenap energi makrokosmosnya selalu bekerja mencari
keseimbangan. Energi makrokosmos alam semesta tersebut selalu berhubungan
dengan energi yang ada di setiap diri manusia yang sering disebut energi
mikroskosmos. Proses ini tidak terlihat dan tidak terasa sehingga manusia
cenderung mengabaikannya.
‘Berhutang’ pada alam semesta adalah bila seseorang
berbuat hal yang buruk pada sesama atau pada alam. Misalnya dengan merugikan
orang lain atau mengambil hak orang lain atau merusak alam, orang tersebut
telah meminjam atau berhutang pada alam semesta.
Contoh
konkret berhutang pada alam semesta yang sering terjadi adalah saat orang
dengan sengaja mengambil sesuatu yang bukan haknya. Misalnya menerima kembalian
lebih saat membayar di supermarket atau warung dan sengaja tidak
mengembalikannya. Korupsi atau mengambil barang milik kantor sekecil apapun,
atau diam saja sewaktu pelayan di rumah makan padang tidak menghitung semua
makanan yang telah masuk perut.
Ini
bukan rezeki, tetapi justru orang tersebut telah berhutang ke alam semesta
karena dia telah mengambil yang bukan haknya. Suatu saat hutang ini akan
diambil lagi dalam bentuk lain yang biasanya akan lebih merugikan. Dalam waktu
sesaat, mencuri dan korupsi mungkin dapat membuat orang menjadi berlimpah uang,
tetapi pencuri dan koruptor tidak akan pernah menjadi bahagia. Justru orang tersebut
akan menjadi sengsara hidupnya.
Bila
kita berbuat kebaikan, atau memberi uang sebisa kita kepada orang dimana orang
tersebut tidak bisa membalas kebaikan kita, maka kita telah memancarkan energi
baik dan kebaikan kita akan dibalas dengan kebaikan. Pancaran energi baik kita
tersebut suatu saat akan dikembalikan oleh alam semesta dengan energi baik
makrokosmosnya dalam bentuk kebaikan dengan jumlah yang lebih besar. Syaratnya
adalah saat memberi kebaikan atau uang tidak boleh dibarengi dengan pamrih atau
dengan maksud pamer. Pamrih dan pamer akan membuat energi baik kita tidak
terpancar ke alam semesta.
Buatlah
mendoakan kebaikan untuk orang atau melakukan kebaikan atau memberi uang sebisa
kita pada orang yang memerlukan sebagai hal membahagiakan hati kita, tanpa
pamrih.
APAKAH
KITA ORANG YANG BERPIKIR POSITIF?
Dengan
pikiran, seseorang bisa menjadikan dunianya berbunga-bunga
atau
berduri-duri (Socrates)
Apa yang kita alami hari ini adalah
dampak dari pikiran kita kemarin. Apa yang akan kita alami esok hari adalah
dampak dari pikiran kita hari ini. Pikiran yang sedang kita bayangkan saat ini
sedang menciptakan kehidupan masa depan kita.
Kita
berpikir bisa atau tidak bisa, dua-duanya akan benar. Bila kita berpikir bisa,
maka kita bisa. Tetapi bila kita berpikir tidak bisa, maka kita tidak bisa.
Jika
kita mengubah cara berpikir kita, kehidupan kita pun ikut berubah. Jika pikiran
kita berubah ke arah positif maka kehidupan kita menuju arah yang positif.
Sekali kita dapat merangkul sepenuhnya kekuatan pikiran kita, kekuatan itu akan
mengubah cara kita menjalani kehidupan. Tak akan ada yang dapat menghentikan
orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tak ada
sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seorang yang sudah bermental
negatif.
Semua
orang mempunyai potensi kekuatan pikiran. Tapi tak semua tahu dan mampu
mengaktifkannya untuk mendapatkan manfaat yang luar biasa. Berpikir itu akan
melahirkan pengetahuan, pemahaman, nilai, keyakinan dan prinsip.
Pikiran
juga bisa menjadi penyebab penyakit kejiwaan dan fisik. Pikiran bahagia membuat
kita bahagia, pikiran sengsara membuat kita sengsara. Pikiran takut membuat kita
takut, dan pikiran berani membuat kita berani.
Kita
mungkin tidak dapat mengendalikan keadaan, tapi kita dapat mengendalikan
pikiran kita. Pikiran positif menghasilkan perbuatan dan hasil yang positif.
Berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan karena ia membantu
kita memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu kita bertambah
mahir, percaya, dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengannya kita akan
terbebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada
fisik.
Hidup
yang kita jalani saat ini adalah pancaran pikiran, keputusan, dan pilihan kita.
Jika kita rela menerima tantangan, berarti kita telah merintis perubahan,
kemajuan, dan perkembangan. Kita hari ini adalah hasil keputusan kita kemarin. Kita
esok hari ditentukan oleh keputusan kita hari ini.
Prinsip
perkembangannya paling kuat terdapat dalam memilih. Kita bertanggungjawab atas
pikiran kita sehingga kita harus bertanggungjawab atas semua perbuatan kita.
Kenyataan adalah persepsi kita. Jika kita ingin mengubah kenyataan hidup kita,
mulailah dengan mengubah persepsi kita.
Ciri
apakah seseorang memiliki pikiran positif atau tidak adalah dari pencapaian dan tindakannya. Jika kita
membiarkan pencapaian kita tetap saja tanpa peningkatan, maka kita belum
berpikiran positif. Jika kita melakukan suatu tindakan yang salah terus
menerus, kita juga belum berpikiran positif. Sedangkan ciri-ciri utama orang
yang berpikiran negatif adalah mencari-cari alasan tidak melakukan sesuatu yang
baik dan sesuatu yang tidak baik.
Dalam
hal ini berpikir positif sendiri kerap mendapatkan kesulitan untuk
dipraktekkan. Banyak orang yang mengetahui tentang konsep berpikir positif
meski pemahamannya belum lengkap, tetapi mereka tidak memberikan perhatian yang
cukup kepada pikirannya. Meskipun sudah mengenal berpikir positif, tetapi jika
perhatian kita terhadap berpikir positif kurang, maka bisa saja kita tetap
memiliki pikiran negatif.
Pemahaman
kita tentang konsep berpikir positif juga masih kurang. Hanya tahu saja masih
belum cukup. Kita tahu kalau terlalu banyak makan akan membuat badan kita
gemuk, tetapi anehnya orang yang gemuk justru banyak makan, padahal dia tidak
mau gemuk. Begitu juga kita mengenal atau mengetahui saja tentang berpikir
positif tidaklah cukup. Kita tahu harus berpikir positif, tetapi tidak tahu
caranya.
Berpikir Positif
Berpikir
adalah kegiatan akal budi yang sangat aktif mengajukan berbagai pertanyaan dan
kemudian meresponsnya dengan jawaban-jawaban. Hal itu bisa berupa penjelasan,
pertimbangan, analisis, kesimpulan, bahkan sebuah keputusan. Ada yang berwujud
ide, ada pula yang langsung berwujud kenyataan menjadi sebuah realitas.
Keduanya disebut buah pikiran.
Ada dua jenis berpikir, yaitu: pertama, berpikir yang
benar-benar berpikir sebagai suatu kegiatan akal budi (yang luhur). Kedua,
berpikir dalam arti menghitung yang hanya berhenti pada aspek kuantitatif dari
realitas.
Secara
harfiah berpikir positif adalah kegiatan akal budi yang bermanfaat, yang
mewujudkan suatu tindakan keputusan atau karya yang berguna tidak hanya untuk
diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain, dan kemaslahatan orang banyak. Hal
tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat dihitung secara kuantitatif.
Berpikir
positif bukanlah suatu yang bekerja secara parsial dalam diri manusia karena
berpikir positif hanya tercetus dari budi pekerti yang luhur. Melatih diri
untuk berperilaku luhur adalah pekerjaan pertama yang harus dilakukan sebagai
wadah dari berpikir positif.
Seseorang
yang berbudi luhur adalah seseorang yang berpikir positif. Artinya, ia adalah
seseorang yang senantiasa mempertimbangkan dan memkitang setiap hal dari sisi
positif, dari sisi baiknya, dari sisi manfaatnya yang lebih banyak dibanding
sisi negatifnya.
Bagaimana cara menakar predikat
positif?
Kita
dapat melakukannya pada diri kita sendiri melalui pertanyaan: apakah kita sudah
melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan kita? Apakah kita
sudah melakukan sesuatu yang sekecil apapun atau sesederhana apapun bentuknya,
tetapi berguna dan bermanfaat bagi orang lain, sehingga hidup kita berguna
tidak hanya diri sendiri tetapi juga bagi orang lain dan masyarakat yang lebih
luas?
Semuanya
harus berawal dari keikhlasan dan niat yang baik. Jika kita melakukannya hanya
sebagai kedok semata-mata maka hal itu akan berbalik menjadi sesuatu yang
negatif.
Semua
dimensi kehidupan kita hendaknya diisi dengan unsur positif karena sesuatu yang
positif adalah dinamika yang tidak pernah meninggalkan limbah yang terbuang
dengan percuma. Berpikir positif akan menjadi sesuatu yang sangat aktif. Oleh
karena itu perjumpaan atau pertemuan dengan orang lain selalu mendatangkan
sesuatu yang berguna karena perjumpaan-perjumpaan dengan orang lain selalu
berawal dari itikad yang baik dan senantiasa percaya bahwa dengan mendekati
atau berjumpa dengan seseorang hanya akan bermanfaat jika sisi positif dari
seseorang menjadi hal yang utama. Sikap semacam ini secara langsung akan
menempatkan kita menyatu dengan lingkungan karena sikap dan perilaku kita ikut
menjadikan lingkungan kita sejuk dan ramah.
Nilai-nilai Dasar Berpikir Positif
Pendidikan
formal dan informal memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat menumbuhkan
benih-benih positif yang ada di dalam dirinya. Pendidikan juga memberi etika
dan bekal moralitas kepada seseorang. Keduanya menjadi medium dan pendidikan
merupakan faktor utama bagi kehidupan pribadi dan sosial. Namun demikian
terdapat nilai-nilai dasar yang diperlukan untuk menguatkan berpikir positif di
dalam diri kita.
1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kita
harus menghargai seluruh hasil ciptaan Tuhan, termasuk di dalamnya menghargai
orang lain dan menghargai diri sendiri, serta bersyukur atas segala yang telah kita
peroleh dari-Nya.
2. Bersahabat dan menyingkirkan permusuhan.
Kita
perlu melakukan segala hal secara damai dan tidak menggunakan cara-cara
kekerasan. Dukunglah orang lain dan jangan menjatuhkannya. Bersemangatlah untuk
mencari persamaan dan bukan mencari perbedaan.
3. Optimis memkitang ke depan.
Kita
harus berani menghadapi realitas dan berani menatap dunia sekeliling serta diri
kita sendiri, memahami dan menghayati dengan konkret segala sesuatu seperti apa
adanya.
4. Bersedia untuk selalu saling membantu.
Kita jangan segan untuk dimintai
tolong oleh orang lain. Jangan segan pula untuk meminta tolong kepada orang
lain. Nilai ini sangat diperlukan karena pada dasarnya manusia adalah mahluk
sosial yang secara harfiah dalam hidupnya saling memerlukan bantuan dan isi
mengisi, karena tidak ada seorang pun yang sempurna.
5. Gigih, rajin, dan pantang menyerah.
Orang
yang gigih, rajin, dan pantang menyerah adalah orang yang memiliki daya
imajinasi serta kreativitas yang tinggi.
Ciri-ciri Orang Yang Berpikir Positif
Berpikir
positif bukan berarti tidak berhati-hati, keduanya bisa berjalan dalam waktu
yang bersamaan tanpa melibatkan satu sama lain.
1. Melihat masalah sebagai tantangan.
2. Menikmati hidup.
3. Terbuka pada
saran dan ide.
4. Buang pikiran
negatif sesaat setelah terlintas.
5. Bersyukur.
6. Tidak
mendengarkan rumor.
7. Segera
bertindak.
8. Menggunakan
bahasa positif.
9. Peduli pada
citra diri.
MENGHINDARI PIKIRAN NEGATIF
Ukuran sukses sejati
terletak pada kemampuan kita merasakan
pikiran bahagia (Erbe Sentanu)
Dalam
buku “Terapi Berpikir Positif”, menyebutkan adanya tiga tindakan yang menimbulkan efek negatif. Ketiga tindakan
berikut ini adalah tiga pembunuh utama karena efeknya mempengaruhi jiwa orang
yang melakukannya ataupun orang yang lain:
1.
Mencela, tindakan ini akan
menghilangkan semangat untuk menghargai orang lain. Sesuatu yang dicela
pastilah sesuatu yang dianggap buruk, dimana anggapan itu sangat gampang
berubah, tergantung siapa, apa, dan bagaimana. Artinya, tindakan ini bersifat
sangat subyektif.
2.
Mengkritik, tindakan ini dapat
menimbulkan rasa tidak berguna dan bisa memancing amarah. Melakukan kritik
adalah hal yang tidak mudah karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.
3. Membanding-bandingkan, menimbulkan rasa
rendah diri, tidak puas, dengki, maupun sedih.
Pikiran negatif menjadikan bahasa
seseorang menjadi negatif dan yang terdengar hanya keluhan. Hal itu membuat
orang-orang yang berpikir positif tidak tertarik untuk berinteraksi dengannya.
Orang yang berpikir positif memiliki pola pikir berorientasi solusi, maju, dan
berkembang. Sedangkan orang yang berpikir negatif hanya berkutat pada problem,
hingga menular kepada orang lain.
Pikiran negatif membuat seseorang
merasa senang pada orang yang mendukung pendapat negatifnya dan orang yang
sejenis yang memiliki pikiran sejenis dengannya. Jadi, pikiran negatif melahirkan
persahabatan yang negatif.
Persahabatan negatif memperkuat
pikiran negatif. Dengan begitu orang tersebut hidup dalam rotasi negatif.
Permasalahan yang dihadapi pun semakin membesar dan hidupnya semakin tidak
terarah.
Pola Pikir Negatif
Betapa sering kita terbelenggu oleh
jebakan pikiran negatif. Selalu saja ada suara-suara yang menahan diri kita
untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Seolah kondisi yang kita alami saat
ini merupakan warisan atau bahkan takdir yang tak akan pernah bisa berubah. Bila
saat ini hidup kita pas-pasan, maka selamanya begitulah. Apakah betul begitu?
Pengalaman buruk menjadi pemicu kuat
pikiran negatif tetap tertahan dalam pikiran. Bila kita tak bisa mendobrak
pengalaman buruk itu, bisa jadi bukan saja pikiran negatif tak akan pernah
hengkang dari pikiran, tapi bahkan akan terus bertahan dan kekal selamanya di
dalam diri kita.
Jika kita terus menjaga pikiran
negatif di dalam tubuh kita, maka tubuh kita akan terbiasa untuk
membutuhkannya. Akibatnya, segala hal akan mudah kita lihat dari kacamata
negatif.
Ciri-ciri Orang yang Berpikir
Negatif:
1. Rendah diri.
2. Ketidaktahuan.
3. Generalisasi.
4. Salah persepsi.
5. Menganggap masalah secara permanen.
6. Mempertahankan status quo.
7. Obyek pikiran negatif.
8. Realitas.
9. Saya tidak bisa.
10. Alasan tersembunyi.
Mencegah dan Mengatasi Pikiran Negatif
Jika kita
berpikir negatif, terutama ketika terjadi hal di luar rencana, maka kita dengan
mudah akan merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian
tersebut. Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membawa
perasaan tambah buruk yang akan berakibat performa kita mengecewakan. Hal
ini akan bisa menjadi seperti lingkaran yang tidak berujung.
Jessica
Padykula menyarankan teknik untuk
mencegah dan mengatasi pikiran negatif:
1. Hidup di saat
ini.
2. Katakan hal
positif pada diri sendiri.
3. Percaya pada
kekuatan pikiran positif.
4. Jangan berdiam
diri.
5. Fokus pada
hal-hal positif.
6. Bergeraklah
(olah raga).
7. Hadapi rasa
takut.
8. Cobalah hal-hal
baru.
9. Ubah cara pkitang.
10. Berpikirlah
secara positif.
11. Gunakan
self-affirmation.
Memupuk Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri yang overdosis
bukanlah gambaran kondisi kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan
rasa percaya diri yang bersifat semu.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri
yang proporsional maka kita harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini
sangat penting mengingat bahwa hanya kita yang dapat mengatasi rasa kurang
percaya diri yang sedang kita alami.
Disarankan jika kita sedang mengalami
krisis kepercayaan diri:
1. Evaluasi diri
secara obyektif.
2. Beri pengharapan
yang jujur terhadap diri sendiri.
3. Berani mengambil
resiko.
4. Mensyukuri dan
menikmati karunia Tuhan.
5. Menetapkan
tujuan yang realistis.
Membangun Optimisme Membumi
Dalam kehidupan sehari-hari sering
sekali kita menemui orang-orang yang memiliki optimisme begitu tinggi untuk
meraih suatu prestasi tertentu dan cenderung menganggap enteng segala tantangan
yang mungkin menghadang. Namun demikian, dibalik sikap optimisme tersebut tidak
jarang kita juga menemukan bahwa orang tersebut cenderung tidak memiliki dasar
atau lkitasan kuat untuk mendukung optimismenya yang terefleksi dalam bentuk
minimnya persiapan dan rencana, ketekunan, kerja keras, dana kemampuan yang
dimiliki. Akibatnya, ia tidak pernah berhasil mencapai prestasi yang tadinya
sangat diyakini akan dapat dicapai. Bahkan banyak yang berakhir dengan
kekecewaan dan frustrasi mendalam.
Kita selamanya tidak bisa melepaskan
diri dari keterikatan waktu. Masa lalu telah menjadi sejarah. Hal itu memberi
banyak pelajaran tentang suatu hal yang membedakan tetapi jangan sampai kita
hidup di dalamnya dan terlilit belenggunya.
Masa depan masih berupa wilayah yang
penuh misteri dan keajaiban. Sedangkan masa lalu adalah peta tentang dari mana kita
dan masa depan merupakan wilayah tentang kemana kita. Maka tugas kita adalah
menggoreskan pena imajinasi tentang masa depan di atas kertas sejarah masa
lalu.
Optimisme akan masa depan tidak
dibangun di atas harapan utopis atau impian kosong karena harapan. Impian
seperti itu bersifat gratis dan bisa dimiliki oleh semua orang dalam jumlah
sebanyak mungkin. Kalau hanya bicara harapan dan impian, tentu semua orang
ingin makmur, hidup enak, berfoya-foya, terhormat, dan digolongkan ahli sorga.
Namun dalam kenyataan berapa persen yang bisa mewujudkan impian tersebut?
Bagaimana cara membangun optimisme yang membumi?
1. Keyakinan.
Keyakinan
seperti apa yang dibutuhkan saat kita mendesain masa depan? Kita membutuhkan
keyakinan faktual sebagai alasan mengapa kita memiliki optimisme yang kuat.
Berilah diri
kita alasan yang kuat mengapa kita pantas memiliki keyakinan tentang suatu hal.
Batas kita untuk yakin dan ragu-ragu terkadang lebih sering berupa batas
kemampuan kita untuk mengetahui bagaimana sesuatu terjadi (how something
happens).
Selain
keyakinan faktual, kita membutuhkan keyakinan mental, terutama ketika kita
sedang menghadapi pekerjaan yang sifatnya start-up.
Bagaimana
orang lain memberlakukan kita diawali dari bagaimana kita memberlakukan diri kita.
Jika kita tidak yakin bahwa kita memiliki kemampuan untuk bermain secara utuh,
maka karakter hidup yang kita peragakan adalah karakter ragu-ragu untuk sukses.
Keyakinan
bahwa kita memiliki kemampuan meraih sukses melahirkan pribadi yang puas
terhadap kehidupan dan oleh karena itu energi yang dihasilkan bersifat positif.
Energi inilah yang akan melindungi keyakinan kita dari virus yang berupa
keragu-raguan, rasa tidak berdaya, pesimisme tidak beralasan, rasa khawatir
yang berlebihan terhadap takhayul ‘jangan-jangan’ yang menyebabkan kita
terseret dari garis fokus hidup kita.
2. Kontrol diri.
Kontrol diri
erat kaitannya dengan bagaimana kita menggunakan pilihan hidup. Disadari atau
tidak, kita selama hidup selalu disodorkan sejumlah pilihan seiring dengan
detak jantung kita. Mana yang akan kita pilih, kita jengkel karena keadaan
semrawut atau karena kita jengkel sehingga keadaan menjadi semrawut.
Pilihan
seluruhnya di tangan kita. Kita berpikir negatif karena keadaan yang negatif
atau karena kita berpikir negatif sehingga keadaan menjadi negatif. Terus
terang sebagai manusia biasa terkadang kita sering tergelincir ke dalam situasi
hidup bahwa realitas adalah monster yang memberi kita kepastian sehingga di
hadapannya kita tidak sempat menyadari bahwa realitas adalah hasil pilihan kita.
Ketika
kontrol diri tidak lagi berada pada kesadaran bahwa realitas adalah hasil dari
akumulasi pilihan, maka optimisme mulai meninggalkan kita karena energi yang
bekerja membentuk format hidup kita berupa energi negatif. Saat itulah kita
tergoda untuk memilih keyakinan bahwa lebih besar tentangan ketimbang
kemampuan; lebih banyak problem ketimbang solusi; hutang melebihi jumlah
pemasukan; keterbatasan lebih berkuasa ketimbang keunggulan kita; dan semua
yang kita lakukan pantas dianggap kenihilan belaka.
3. Kohesi.
Lingkungan memiliki energi, roh, atau
kekuatan untuk membentuk kita meskipun akhirnya keputusan tetap di tangan kita.
Lingkungan bagaikan penasihat tanpa jabatan. Sayangnya, kita secara alami
cenderung terbawa larut oleh lingkungan tanpa keputusan yang kuat untuk
menciptakan seleksi. Akibatnya, kita menjadi sosok yang diciptakan oleh
lingkungan sehingga jadilah kita sosok yang biasa-biasa saja dan tidak pernah
menempati wilayah posisi pengambil keputusan meskipun untuk persoalan kita
sebagai manusia.
Tidak semua
energi yang dikeluarkan lingkungan memiliki daya tarik ke hal-hal negatif,
tetapi kesalahan tentang lingkungan terjadi ketika kita mengabaikan prinsip
dasar kebenaran alamiah bahwa dunia ini diciptakan dari hukum kerja sama. Jika kita
hanya memiliki satu lingkungan yang sangat terbatas, maka lingkungan itulah
yang menjadi identitas kita. Ibaratnya, seperti katak di dalam tempurung.
Padahal satu gagasan hidup menuntut aplikasi sekian perangkat dimana
masing-masing perangkat ikut andil sesuai kekuatannya.
MELEJITKAN SUGESTI POSITIF
Semua bunga
esok hari ada dalam benih hari ini. Semua hasil esok hari ada dalam pikiran
hari ini (Aristoteles)
Kalimat apa
yang sering kita keluarkan dari mulut kita? Seberapa sering kita mengatakannya?
Itu semua sangat mempengaruhi hidup kita dari waktu ke waktu. Kata-kata adalah
awal pembentukan sugesti pada diri kita. Dan dari sugesti itulah dapat
terbentuk diri kita seperti sekarang ini.
Sugesti
merupakan rangkaian kata maupun kalimat yang diberikan kepada seseorang untuk
memberikan pengaruh sesuai dengan makna yang ditangkap dari penyampaian kalimat
tersebut. Jadi, hal terpenting dari penanaman sugesti adalah dari kata-kata
yang kita sampaikan: apa, kapan, dan sesering apa kita menyampaikannya.
Formula Berpikir Positif
Ubahlah cara
berpikir kita, maka kita akan dapat mengubah kehidupan kita, begitu kata
pepatah. Pepatah ini juga sudah banyak dijadikan judul buku dan judul artikel.
Nah, jika kita ingin memiliki kehidupan yang sukses dan berbahagia, berpikirlah
sukses dan bahagia. Intinya, berpikirlah positif.
Kita perlu berpikir positif agar
mendapatkan hasil yang positif.
Formula rahasia berpikir positif:
1. Melihat positif.
2. Berbicara positif.
3. Mendengar
positif.
4. Bertindak positif.
5. Berpikir
kreatif.
6. Self-talk.
7. Biasa menjadi luar biasa.
8. Melihat ke
depan.
9. Berpikir
mungkin.
Memperkuat Sugesti Kita
Walau sugesti yang kita katakan
terasa tidak nyata bagi kita sekarang, tidaklah mengapa, karena pikiran sadar kita
melihat bahwa hal yang kita katakan itu sedang tidak ada pada diri kita
sekarang. Tetapi ketika semakin sering kita mengatakan sugesti yang kita bentuk
itu, lama kelamaan hal itu akan menjadi suatu kebiasaan bagi diri kita, dan
lambat laun kita akan meyakini sugesti yang sering kita ucapkan. Ingat,
kuncinya selalu di sini adalah emosi atau perasaan kita.
Pikiran bawah sadar kita akan
memerintahkan pikiran sadar kita untuk melakukan segala sesuatu yang perlu
dilakukannya. Dan segala sesuatu yang kita lakukan akan selalu tertuju pada apa
yang telah kita sugestikan. Segala sesuatu dan solusi di sekeliling kita yang
tadinya tidak terlihat akan menunjukkan dirinya untuk ikut membantu dan
mewujudkan apa yang kita inginkan. Segalanya akan terasa begitu mudah dan menyenangkan
untuk dilakukan.
TERAPI BERPIKIR POSITIF
Tak akan ada yang dapat
menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya,
tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seseorang yang sudah
bermental negatif ~ W.W. Ziege
Hidup yang kita jalani saat ini
adalah pancaran pikiran, keputusan, dan pilihan kita. Jika kita rela menerima
tantangan berarti kita telah merintis perubahan, kemajuan, dan perkembangan.
Ada tiga kekuatan yang menjadi sumber keseimbangan dan berpikir positif dalam
hidup. Jika salah satu tidak ada, maka kita akan mudah berpikir negatif. Tiga
kekuatan ini terdiri dari: keputusan, pilihan, dan tanggung jawab. Ketiganya
tidak bisa dipisahkan. Jika dipisahkan maka akan terjadi ketidakseimbangan yang
mengundang frustrasi sehingga kita akan mencela, mengkritik, dan
membanding-bandingkan.
Konsentrasi dan pikiran kita menjadi
negatif dan akan melahirkan perasaan dan kenyataan hidup yang negatif. Pada
dasarnya sebagian besar orang memilih pikiran, konsentrasi, dan perilakunya.
Setiap keputusan yang diambil adalah hasil pilihannya. Persoalannya terletak
pada keberanian bertanggungjawab. Bisa jadi seseorang menyadari dirinya
sengsara, tapi tidak tahu bahwa kesengsaraannya merupakan hasil pikiran dan
pilihannya sendiri hingga ia tidak merasa harus bertanggungjawab. Itu sebabnya
ia akan mencela orang lain berdasarkan perasaannya, membanding-bandingkan
dirinya dengan orang lain, dan menyalahkan nasibnya.
Pengetahuan adalah kekuatan.
Pengetahuan kita tentang apa yang terjadi di dalam diri akan membantu kita
untuk melakukan perubahan dan kemajuan di jalan yang benar. Kita tidak akan
menjadi mangsa perasaan negatif yang mengganggu perasaan jiwa dan raga.
Teknik Berpikir Optimis
Pikiran positif akan membawa kita
pada keberhasilan. Pikiran positif itu antara lain selalu berkata “saya bisa” dan “saya akan”. Kata-kata
ini adalah refleksi dari pikiran positif yang tidak menyerah pada keadaan, apa
pun keadaan yang kita lalui.
DR. Edward Banfield, sosiolog dari
Harvard University menggambarkan satu faktor penting seseorang dalam meraih
kesuksesan. Dia menemukan bahwa faktor utama yang menyebabkan seseorang sukses
adalah sikap tertentu yang ada dalam pikiran orang tersebut.
Sikap itu adalah
perspektif jangka panjang. Artinya, seseorang yang sukses
dalam berencana dan bertindak selalu memiliki perspektif jangka panjang. Setiap
keputusan yang dibuat selalu memperhatikan akibatnya bagi masa depan dalam
jangka panjang. Tidak ada istilah bagi
mereka yang berbunyi ‘bagaimana nanti saja’, mereka lebih berpikir “nanti
bagaimana?”
Berpikir jauh ke depan bukan berarti
mengkhawatirkan masa depan, tetapi lebih pada mempersiapkan masa depan. Segala
keputusan, rencana, dan tindakan akan dipertimbangkan dampaknya di masa depan. Apakah keputusan kita saat ini akan
membawa dampak positif bagi masa depan kita? Apakah rencana kita mendukung visi
kita? Apakah tindakan kita akan mempengaruhi masa depan kita?
Satu-satunya
cara untuk membentuk perspektif jangka panjang ini adalah dengan merumuskan visi kita saat ini. Jangan
abaikan dengan langkah sukses ini. Jangan
takut untuk gagal, lebih baik kita gagal meraih visi yang luar biasa daripada
berhasil tidak meraih apapun.
Jika kita
berpikir bahwa penampilan maupun kemampuan kita berada di bawah orang lain,
maka sikap kita akan minder. Jika pikiran kita mengatakan bahwa kita memiliki
potensi yang sama dengan orang lain, maka kita akan percaya diri. Ini adalah
salah satu keajaiban pikiran yang akan membentuk karakter. Karakter akan
terbentuk pada diri kita sesuai dengan apa yang kita pikirkan tentang diri
kita.
Jika kita
berpikir bahwa kegagalan itu memalukan dan kegagalan adalah akhir segalanya,
maka kita akan merasa ketakutan saat melakukan sesuatu. Lain lagi jika berpikir
bahwa gagal adalah suatu pembelajaran dan menganggap masih ada kesempatan lain,
maka kita akan menjadi orang yang berani.
Sikap pesimis disebabkan oleh pikiran bahwa
diri kita tidak memiliki kemampuan. Sikap pesimis juga karena kita merasa
sudah ditakdirkan miskin dan keadaan di sekeliling kita tidak mendukung.
Sebaliknya, sikap optimis muncul karena pikiran kita mengatakan bahwa segala
sesuatu bisa dipelajari, siapa tahu besok lusa Tuhan akan memberi rezeki, dan
bagaimana pun keadaannya masih ada yang bisa sukses, termasuk diri kita.
Bagaimana kita berpikir akan menentukan apakah kita orang yang optimis atau
pesimis.
Saat kita
berdiri, kita melihat dunia ini tegak semua. Saat kita berbaring, kita melihat
dunia ini miring semua. Saat kita berdiri dengan dua tangan dan kaki di atas,
kita melihat dunia ini terbalik. Saat mata kita terpejam seakan dunia ini tidak
ada. Saat kita pusing kita melihat dunia ini oleng. Dunia terlihat sesuai
dengan kondisi kita, padahal tidak ada perubahan pada dunia tersebut.
Itulah
gambaran dari sikap kita. Kita memkitang sesuatu tergantung pada sikap yang
kita miliki. Jika sikap kita positif, maka kita melihat segala sesuatu dengan
positif. Sebaliknya, jika sikap kita negatif, maka kita melihat segala sesuatu
dengan negatif. Sikap memang sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita karena
mempengaruhi cara pkitang kita terhadap dunia.
Sikap
adalah cara pandang atau berpikir kita terhadap sesuatu. Sikap juga menjadi
penentu tindakan dan saringan terhadap tindakan-tindakan kita. Jadi, sikap
sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, termasuk sukses atau gagal.
Mungkin kita perlu merenungkan sikap
yang dimiliki sekarang ini. Lihat korelasinya dengan kesuksesan kita saat ini.
Perlukah kita memperbaiki sikap? Kejujuran kita terhadap sikap kita akan
menentukan adanya perbaikan terhadap kehidupan kita. Sikap memang sulit untuk
diubah, tetapi bukan tidak bisa.
Suatu saat mungkin kita merasa dunia
ini bau terasi, kemana pun kita pergi bau terasi selalu tercium. Sebelum kita
memutuskan bahwa dunia ini penuh dengan terasi, periksalah diri kita mungkin
ada terasi pada kumis atau pakaian kita. Jika memang ada, bersihkan terasi
tersebut dan dunia pun kembali segar.
Banyaknya tekanan hidup yang harus
dialami seseorang membuat kebanyakan orang mengalami frustrasi. Beberapa orang
menghadapi beban pekerjaan yang berat hingga mengalami stress pekerjaan.
Bencana alam dan kematian orang dekat juga bisa membuat depresi dan frustrasi.
Hanya sedikit orang yang sanggup menghindari tekanan hidup sehari-hari yang
dapat membuat orang frustrasi dan berpandangan pesimistis. Namun, meski
menghadapi kesukaran dan tekanan hidup, berpikir secara optimis sangatlah
bermanfaat.
Optimisme merupakan sikap selalu
mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan
hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan
berpikir positif. Jadi, optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.
Sewaktu mengalami kegagalan atau
tekanan hidup, bagaimana perasaan orang yang optimis? Seseorang yang berpikiran
positif atau berpikir secara optimis tidak menganggap kegagalan itu bersifat
permanen. Hal ini bukan berarti bahwa ia enggan menerima kenyataan. Sebaliknya,
ia menerima dan memeriksa masalahnya. Lalu sejauh keadaan memungkinkan ia
bertindak untuk mengubah atau memperbaiki situasi.
Bertolak belakang dengan optimisme,
pkitangan pesimistis akan menganggap kegagalan dari sisi yang buruk. Umumnya
orang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas kesengsaraannya. Ia menganggap
bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib,
kebodohan, ketidakmampuan, atau keburukannya. Akibatnya, ia pasrah dan tidak
mau berupaya.
Berpikir positif juga menjadi kunci
sukses untuk mengelola stress. Optimisme akan membuat seseorang menghadapi
situasi tidak menyenangkan dengan cara positif dan produktif. Supaya kita bisa
lebih optimistis dan memiliki pikiran serta sikap yang positif:
1. Periksalah diri kita.
2. Ikuti gaya hidup
sehat.
3. Nikmatilah pekerjaan.
4. Carilah teman yang positif.
5. Hadapi dan terima.
6. Milikilah rasa humor.
7. Catatlah hal yang baik.
8. Aturan sederhana.
Teknik Sugesti
Pikiran
bawah sadar tidak dapat membedakan imajinasi dan kenyataan. Ia tidak memiliki
mekanisme untuk membedakan mana yang nyata dan tidak nyata. Jika kita sedang
bermimpi dikejar-kejar oleh sesuatu, dalam mimpi kita benar-benar melarikan
diri dan adrenalin kita mengalir begitu deras. Jantung kita berdenyut dengan
sangat cepat. Tetapi apa yang kita ketahui setelah terbangun dari mimpi kita? Kita
akan mengatakan, “Tidak ada apa-apa. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang mengejar
saya. Ini hanya mimpi.....”.
Inilah
mekanisme pikiran sadar kita yang mengetahui bahwa kita sebenarnya sedang
bermimpi. Tapi pikiran bawah sadar kita tidak mengetahui bahwa kita sedang
bermimpi. Buktinya pikiran bawah sadar kita langsung memerintahkan denyut
jantung untuk berdenyut kencang dan adrenalin kita untuk mengalir deras, karena
yang pikiran bawah sadar kita rasakan adalah bahwa kita memang sedang
dikejar-kejar.
Itulah
sebenarnya hal yang paling penting yang bisa dimanfaatkan karena kita dapat
mengelabuhi pikiran bawah sadar untuk melakukan hal apa pun yang bermanfaat
bagi kita, terutama bila ada pekerjaan yang membosankan yang harus dilakukan. Kita
bahkan bisa mengelabuhinya dengan berpikir bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan
yang menarik untuk dikerjakan. Hal ini akan sangat bermanfaat jika misalnya kita
harus melakukan pekerjaan yang tidak kita sukai sekalipun.
Bahasa yang
diperlukan untuk mengelabuhi bawah sadar adalah sugesti. Sugesti ini dapat
membangun bahkan merusak diri kita. Jadi, pastikan sugesti yang kita bentuk sudah
melalui perhitungan yang matang ketika kita menciptakannya sejak awal. Sekali
lagi, sugesti merupakan bahasa pikiran bawah sadar kita.
Karena
sugesti adalah bahasa yang dapat dimengerti bawah sadar, maka ada aturan-aturan
yang perlu diperhatikan sebelum memberikan sugesti ke dalam pikiran bawah sadar
kita:
1. Positif.
2. Kalimat saat
ini.
3. Pribadi.
4. Terus menerus.
5. Perasaan atau
emosi.
Teknik Afirmasi
Sikap kita adalah cermin masa lampau
kita, pembicara kita di masa sekarang dan merupakan peramal bagi masa depan
kita. Kondisi masa lalu, sekarang, dan masa depan kita dapat tercermin dari
bagaimana sikap kita sehari-hari. Sikap kita merupakan sahabat yang paling
setia, namun juga bisa menjadi musuh yang paling berbahaya. Bagaimana sikap mental kita adalah
sebuah pilihan: positif ataukah negatif.
Jika kita
seorang yang berpikiran positif, kita pasti mampu menghasilkan sesuatu. Kita
akan lebih banyak berkreasi daripada bereaksi. Jelasnya, kita lebih
berkonsentrasi untuk berjuang mencapai tujuan-tujuan yang positif daripada
terus saja memikirkan hal-hal negatif yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan
kita sehari-hari. Kehidupan dan kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur dengan
ukuran gelar kesarjanaan, kedudukan, maupun latar belakang keluarga. Yang
dilihat adalah bagaimana cara berpikir orang itu.
Memang
kesuksesan kita lebih banyak dipengaruhi oleh cara kita berpikir. Tempat dan
keadaan tidak menjamin kebahagiaan. Kita sendirilah yang harus memutuskan
apakah kita ingin bahagia atau tidak. Dan begitu kita mengambil keputusan, maka
kebahagiaan itu akan datang.
Dengan
bersikap positif bukan berarti telah menjamin tercapainya suatu keberhasilan.
Namun, bila sikap kita positif, setidak-tidaknya kita sudah berada di jalan
menuju keberhasilan. Berhasil atau tidaknya kita nanti ditentukan oleh apa yang
kita lakukan di sepanjang jalan yang kita lalui tersebut.
Meskipun
kita memiliki tubuh yang sehat, tetapi jika kita tetap berkata-kata yang
negatif bahwa kita tidak mampu, tidak berharga untuk menerima berkat Tuhan dan
bahkan mengutuk diri kita bahwa kita layak mendapatkan hukuman karena masa lalu
kita, akhirnya kita akan memiliki harga diri yang rendah dan tidak dapat
berjalan sesuai dengan gambar yang Tuhan miliki tentang kita.
Apa yang
kita isi ke dalam roh dan pikiran kita sangatlah penting karena itu menentukan
apa yang keluar dari mulut kita. Jika kita mengisi roh dan pikiran
kita dengan pikiran negatif, kita akan mengucapkan hal-hal negatif. Kita harus
mengucapkan kata-kata berkat kepada diri kita dan kita akan memakan buah dari
kata-kata kita.
Ketika kita mengucapkan kata-kata
positif setiap hari, maka kita akan segera melihat gambar diri kita berubah
menjadi lebih baik. Kita akan merasa lebih baik, lebih percaya diri, lebih
ramah, dan menarik banyak orang yang berpikiran positif kepada kita. Kita juga
harus mendengarnya berulang kali.
Cara Berpikir Positif di Tempat Kerja
Tak hanya berpikir dan bersikap posirif
terhadap perilaku seseorang, kita juga harus berlaku hal yang sama terhadap
situasi yang buruk atau negatif jika kondisi tersebut menyerang kita, siapkan
rencana lain untuk menghindari pikiran negatif. Misalnya kondisi perusahaan
tempat kita bekerja terkena resesi dan hampir bangkrut. Kita bisa langsung
bertindak cepat dengan mencoba bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan
kosmetik. Meski ada rekan kerja yang mengejek kita, jangan pedulikan. Kita
melakukan hal tersebut untuk mencegah rasa putus asa dan perasaan negatif yang
mungkin timbul dengan keadaan perusahaan tempat kita bekerja yang semakin
memburuk.
Dengan memiliki rencana lain, kita
akan merasa memiliki pilihan. Jika kita perhatikan, orang-orang yang berpikir
negatif adalah mereka yang merasa tidak punya pilihan dan tidak tahu mau
kemana. Mereka merasa terhenti di situ. Jadi, setiap ada kondisi buruk menimpa kita,
segeralah cari pengalaman baru yang bisa menimbulkan pikiran dan perasaan
positif.
Tak ada yang salah dengan orang yang mencintai pekerjaannya.
Mencintai pekerjaan justru akan membuat kerja kita menghasilkan sesuatu yang
luar biasa. Namun jangan sampai pekerjaan merenggut semua sisi kehidupan kita.
Berikan waktu dengan kegiatan lain seperti melakukan hobby, berkumpul dengan
keluarga atau teman-teman, atau kegiatan lain di luar pekerjaan.
Penelitian
sudah membuktikan bahwa seseorang yang memiliki kehidupan yang seimbang antara
karier dan keluarga atau hobby, akan lebih memiliki pikiran yang positif karena
saat satu sisi kehidupan mereka tidak berjalan dengan baik, ia bisa menemukan
keseimbangan lainnya, rasa percaya diri, harga diri, dan kesenangan dari sisi
kehidupannya yang lain.
Jangan
biarkan urusan pekerjaan menguasai hidup kita. Akan sangat menyedihkan jika di
setiap saat dan setiap waktu, pikiran kita selalu tertuju pada pekerjaan. Jadi,
setiap ada hal negatif di tempat kerja atau dimana pun, timbulkan perasaan
positif tersebut agar kita tidak menjadi orang yang mudah putus asa.
--- ooo---
DAHSYATNYA
PIKIRAN POSITIF
(Disadur dari buku
'Dahsyatnya Pikiran Positif', oleh: Sisca Wardoyo)
Wahyu
Indriyono,S.IP

Tidak ada komentar:
Posting Komentar